Jakarta - Mengawali tahun 2025, banyak investor di Indonesia tengah bingung menentukan arah investasi, terutama dalam memilih produk reksadana yang tepat. Kondisi ekonomi global dan domestik yang dipenuhi ketidakpastian setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan pemerintahan baru di bawah pimpinan Prabowo di Indonesia, mempengaruhi dinamika pasar keuangan.
Kedua pemimpin dunia ini membawa perubahan yang tak terhindarkan, termasuk kekhawatiran terhadap inflasi yang tinggi di AS serta potensi pemangkasan suku bunga acuan, Senin, 13 Januari 2025.
Dengan kabinet pemerintahan Prabowo yang semakin besar, lengkap dengan program ambisius seperti Makan Bergizi Gratis, muncul kekhawatiran mengenai lebar defisit anggaran negara. Situasi ini diperparah oleh lemahnya daya beli masyarakat, tercermin dari inflasi yang mencapai titik terendah sepanjang sejarah pada tahun 2024, yakni sebesar 1,57% secara tahunan (YoY). Alhasil, aliran dana asing keluar dari Indonesia makin deras, menambah tekanan bagi nilai tukar rupiah dan pasar saham Indonesia yang mengalami penurunan.
Data menunjukkan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2024 mengalami koreksi sebesar 2,65%. Dampaknya, mayoritas reksadana berbasis saham menampilkan kinerja yang kurang memuaskan, dengan indeks kinerja reksadana saham merosot hingga 8% sepanjang tahun lalu.
Namun, di tengah ketidakpastian tersebut, ada sinar harapan bagi investor reksadana pada awal 2025. Analis dari Bareksa, sebuah platform super app investasi terkemuka, melihat peluang cerah pada reksadana pendapatan tetap, khususnya yang berbasis obligasi korporasi. "Korporasi yang berniat menerbitkan obligasi harus memberikan imbal hasil yang lebih tinggi daripada suku bunga acuan atau deposito agar lebih menarik bagi investor," ujar salah satu analis Bareksa.
Berikut adalah beberapa reksadana pendapatan tetap yang diproyeksikan dapat memberikan kinerja memuaskan pada tahun 2025:
1. Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A
- Imbal Hasil: 1,68% (3 bulan), 8,15% (1 tahun), 19,87% (3 tahun)
- Asset Under Management (AUM): Rp1,2 triliun
2. STAR Stable Amanah Sukuk
- Imbal Hasil: 1,77% (3 bulan), 7,78% (1 tahun)
- AUM: Rp424 miliar
3. Insight Renewable Energy Fund
- Imbal Hasil: 2,23% (3 bulan), 7,48% (1 tahun), 19,63% (3 tahun)
- AUM: Rp1,58 triliun
4. I-Hajj Syariah Fund
- Imbal Hasil: 1,85% (3 bulan), 7,48% (1 tahun), 23,03% (3 tahun)
- AUM: Rp1,9 triliun
5. Trimegah Dana Obligasi Nusantara
- Imbal Hasil: 1,21% (3 bulan), 7,42% (1 tahun), 6,38% (3 tahun)
- AUM: Rp19 miliar
6. Capital Fixed Income Fund
- Imbal Hasil: 1,62% (3 bulan), 7,35% (1 tahun), 18,12% (3 tahun)
- AUM: Rp1,9 triliun
7. Capital Sharia Fixed Income
- Imbal Hasil: 1,81% (3 bulan), 6,85% (1 tahun)
- AUM: Rp43 miliar
8. STAR Stable Income Fund
- Imbal Hasil: 1,59% (3 bulan), 6,63% (1 tahun), 28,2% (3 tahun)
- AUM: Rp6,7 triliun
9. Mega Dana Pendapatan Tetap
- Imbal Hasil: 1,54% (3 bulan), 6,5% (1 tahun), 16,21% (3 tahun)
- AUM: Rp89 miliar
10. TRIM Dana Tetap 2 Kelas A
- Imbal Hasil: 1,02% (3 bulan), 6,09% (1 tahun), 15,23% (3 tahun)
- AUM: Rp871 miliar
Menurut para analis, pemilihan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi kini menjadi pilihan yang solid bagi investor yang mencari kestabilan di tengah gejolak pasar. Dengan menawarkan kupon tinggi, produk ini memberikan potensi imbal hasil yang menarik, memastikan kinerja positif bagi investor yang cermat dan berhati-hati dalam menghadapi 2025.
Prediksi ini tidak hanya memberikan peta jalan menuju potensi keuntungan investasi, namun juga membantu investor untuk menavigasi tantangan ekonomi di masa mendatang dengan lebih baik dan lebih percaya diri.