Industri Sepak Bola Indonesia Hadapi Tantangan Finansial Serius: Borneo FC hingga Bali United Catat Kerugian

Selasa, 07 Januari 2025 | 16:47:30 WIB
Industri Sepak Bola Indonesia Hadapi Tantangan Finansial Serius: Borneo FC hingga Bali United Catat Kerugian

Jakarta - Industri sepak bola Indonesia sedang menghadapi tantangan finansial yang berat, bahkan di kalangan klub-klub besar di Liga 1. Situasi ini tergambar jelas dalam pernyataan terbaru dari Nabil Husein Said Amin, Presiden Borneo FC, yang secara terbuka membicarakan kerugian signifikan yang dialami klub sepak bola di Indonesia.

Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Sport77 Official, Nabil membagikan pengalaman dan kesulitan yang dia alami dalam mengelola klub sepak bola di Indonesia. "Tim lain sih saya enggak tahu, kalau saya buntung. Bukan untung, tambahi b, buntung," kata Nabil pada Senin, 6 Januari 2025, menegaskan tantangan yang sedang dihadapinya bersama Borneo FC.

Nabil juga membandingkan pengelolaan klub di dunia nyata dengan simulasi permainan seperti Football Manager. Ia merasa bahwa kenyataannya jauh dari yang dibayangkan. "Di FM, tahun pertama bisa untung. Di sini, buntung. Kita bingung kenapa tidak ada perubahan. Kami harus menemukan formula baru; industri olahraga harus terus berjalan," tambahnya.

Meningkatkan pendapatan klub melalui transfer pemain menjadi salah satu strategi yang dipertimbangkan oleh Borneo FC. Contohnya adalah transfer pemain Pato ke klub di China, yang diterapkan untuk membangun fasilitas, akademi, dan menambah peralatan latihan.

Nasib yang Sama Dialami Klub Lain

Ternyata, bukan hanya Borneo FC yang menghadapi kenyataan pahit ini. Teddy Tjahjono, mantan Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PT PBB), juga mengungkapkan pandangan serupa. Dalam Podcast Sport77 Official pada 2023, Teddy menyatakan bahwa sepak bola di Indonesia memang tidak menguntungkan. "Saat ini, saya rasa tidak ada klub Indonesia yang profitable. Tantangannya besar untuk menjalankan dan mengelola klub. Biaya operasional tetap merugi," ujarnya.

Teddy menjelaskan bahwa pendapatan klub terutama berasal dari empat sumber utama: sponsor, penjualan merchandise, hak siar, dan tiket pertandingan. Sayangnya, elemen-elemen ini tidak cukup untuk menutup biaya operasional tim selama satu musim kompetisi.

Bahkan, Bali United, satu-satunya klub sepak bola di Indonesia yang telah menjadi perusahaan terbuka, juga mengalami kerugian yang signifikan. Berdasarkan laporan keuangan PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) pada semester I-2024, tim mencatatkan rugi bersih sebesar Rp69,8 miliar, setelah sebelumnya memperoleh laba bersih Rp13,6 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai saham klub ini pun mengalami penurunan sebesar Rp11,64 per lembar.

Tantangan Keuangan di PSIS

Kondisi serupa juga dialami klub besar lainnya di Liga 1 Indonesia seperti PSIS. CEO PSIS, Yoyok Sukawi, menjelaskan bahwa tantangan finansial menjadi salah satu kendala utama dalam menjaga keberlanjutan klub sepak bola di Tanah Air. Meskipun tidak menyebutkan angka spesifik, Yoyok mengakui bahwa pihaknya terus mencari strategi untuk menjaga eksistensi klub.

"Akhir-akhir ini, ramai di media sosial mengenai pernyataan Bro Nabil, Pak Teddy, dan Pak Pieter. Saya rasa kondisi klub-klub di Indonesia hampir sama, termasuk di PSIS. Kami terus berusaha keras supaya PSIS bisa terus berjalan dalam kondisi apapun. Terlebih lagi, selama beberapa tahun terakhir, kondisi industri sepak bola Indonesia belum baik-baik saja. Namun, kami terus mencari pendapatan melalui beberapa sektor yang ada, seperti sponsorship, penjualan merchandise, dan pembangunan tempat latihan yang bisa disewakan untuk menambah pendapatan," jelas Yoyok.

Kondisi finansial yang mengkhawatirkan ini memaksa klub-klub sepak bola di Indonesia berinovasi dan beradaptasi di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil. Dengan semangat yang tinggi, mereka berupaya menemukan solusi dan strategi baru agar industri ini bisa terus bertahan dan berkembang, meski dalam keadaan yang serba sulit. Industri sepak bola Indonesia harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan zaman dan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada agar tidak terus-menerus merugi.

Terkini