Investor Bersiap Hadapi Fenomena January Effect di Tengah Sentimen Ekonomi Global

Senin, 06 Januari 2025 | 11:29:15 WIB
Investor Bersiap Hadapi Fenomena January Effect di Tengah Sentimen Ekonomi Global

Jakarta - Pasar saham memasuki periode perdagangan pekan pertama di tahun baru, dan para investor dituntut untuk mencermati berbagai faktor penting yang dapat mempengaruhi pasar dalam minggu perdagangan 6-10 Januari 2025. Di balik geliat saham awal tahun, salah satu fenomena yang ditunggu-tunggu adalah January Effect, sebuah tren musiman yang sering kali mempengaruhi pergerakan harga saham.

Dimas Krisna Ramadhani, seorang analis ekuitas di PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menjelaskan bahwa ada beberapa sentimen kunci yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham selama pekan ini. "Perhatian utama investor harus berada pada FOMC Minutes dari Bank Sentral AS (The Fed) yang dijadwalkan akan melakukan pertemuan pada Kamis minggu ini," kata Dimas. Pertemuan ini sangat penting karena akan membahas kebijakan suku bunga, dan keputusan tersebut dijadwalkan akan diumumkan pada 30 Januari mendatang.

Keputusan The Fed diperkirakan akan memiliki dampak signifikan pada pergerakan pasar saham, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga secara global. Stabilitas ekonomi dunia sangat bergantung pada keputusan moneter Amerika yang dihadapkan pada berbagai tantangan, termasuk inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Selain itu, Data Non-Farm Payrolls Desember dari AS juga menjadi sorotan para pelaku pasar. Data lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian ini adalah indikator penting dalam menilai kesehatan ekonomi AS. Berdasarkan konsensus para ekonom, jumlah lapangan pekerjaan untuk bulan Desember diperkirakan menurun ke angka 150.000 dari 227.000 pada November. Jika data ini sesuai prediksi, maka akan menjadi level terendah kedua dalam tiga bulan terakhir. "Level ini hanya lebih baik dari Oktober, yang sempat mencatatkan rekor terendah akibat badai Helene dan Milton di Florida," ujar Dimas pada Senin, 6 Januari 2025.

Sejalan dengan itu, para investor juga menantikan efek dari January Effect, sebuah fenomena musiman di mana harga saham cenderung mengalami peningkatan pada dua minggu pertama Januari. Meski demikian, Dimas mengingatkan bahwa probabilitas terjadinya January Effect pada tahun ini cenderung kecil. Menurut data historis selama lima tahun terakhir (2020-2024), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya mengalami kenaikan satu kali pada bulan Januari, yaitu pada tahun 2022. Probabilitas IHSG untuk berakhir di zona hijau pada bulan Januari hanya sebesar 20 persen. "Namun, ada peluang penguatan IHSG mulai minggu ini. Setelah konsisten menunjukkan tren menurun selama empat bulan terakhir, secara historis IHSG cenderung berubah tren setelah periode penurunan panjang," jelasnya.

Di tengah ketidakpastian ini, investor sebaiknya melakukan diversifikasi portofolio dan terus memantau perkembangan informasi secara real-time. Sentimen global dan lokal bisa menciptakan peluang maupun risiko, tergantung bagaimana investor dapat memanfaatkannya.

Bagi investor pemula ataupun berpengalaman, penting untuk tetap waspada terhadap berbagai isu ekonomi makro dan mempertimbangkan analisis yang matang sebelum mengambil keputusan investasi. Seiring berjalannya waktu, analisis dan strategi yang tepat akan bisa memberikan imbal hasil yang optimal.

Segala perkembangan yang terjadi pada Januari ini akan menjadi pijakan bagi kinerja pasar saham selama setahun penuh. Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, investor dapat memperkuat portofolio mereka dan bersiap menghadapi berbagai tantangan di tahun 2025. Oleh karena itu, memahami dinamika pasar serta bersikap responsif terhadap perubahan adalah kunci untuk sukses dalam berinvestasi di pasar saham yang selalu penuh dengan kejutan.

Terkini