Ketergantungan teknologi kecerdasan buatan (AI) terhadap listrik memunculkan tantangan besar dalam mengelola sumber daya energi. Ketika AI semakin mendominasi industri dan kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan energi listrik meningkat drastis. Salah satu jawaban yang muncul adalah pengembangan reaktor nuklir. Namun, mengingat waktu yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan reaktor nuklir ini, gas alam menjadi solusi utama untuk memenuhi kebutuhan energi AI dalam waktu dekat.
Ledakan Penggunaan Gas Alam untuk AI
Sebuah laporan terbaru dari Financial Times mengungkapkan bahwa pengoperasian AI yang haus energi akan menambah emisi karbon di atmosfer. Di Amerika Serikat, gas alam menjadi solusi sementara bagi revolusi AI. Namun, ini justru berpotensi meningkatkan emisi karbon yang berakibat buruk bagi perubahan iklim.
Dalam dekade terakhir, pengguna listrik berbasis gas di AS mengalami perlambatan seiring dengan perhatian yang semakin meningkat terhadap energi terbarukan. Meskipun demikian, peralihan ke energi bersih menghadapi tantangan baru dengan meningkatnya permintaan dari pusat data dan infrastruktur AI.
Proyeksi Penambahan Pembangkit Listrik Tenaga Gas di AS
Menurut data yang dihimpun, Amerika Serikat diprediksi akan menambah lebih dari 80 pembangkit listrik tenaga gas baru pada 2030. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 20 persen dibandingkan dengan lima tahun terakhir. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh tingginya permintaan listrik dari pusat data dan teknologi AI yang terus berkembang pesat.
Presiden Joe Biden telah mengeluarkan perintah eksekutif pada 14 Januari lalu, yang membuka jalan bagi perluasan AI dan jaringan energi. Arahan ini menekankan agar lahan federal dapat digunakan untuk membangun "pusat data AI skala gigawatt" dengan energi bersih. Namun, realisasinya memerlukan waktu yang tidak singkat.
Presiden Biden menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur energi yang mendukung revolusi AI adalah langkah vital. "Untuk mendukung pengembangan AI, Departemen Energi akan terus mengambil langkah-langkah untuk mempromosikan sumber daya energi terdistribusi," katanya.
Tantangan Mengurangi Emisi Karbon
Tahun lalu, pembangkit listrik tenaga gas di AS telah menyumbang lebih dari satu miliar ton emisi karbon. Ini adalah jumlah tertinggi yang pernah tercatat, menandakan tantangan besar untuk mengurangi emisi di masa depan. Departemen Energi AS (DOE) mengakui bahwa banyak dari pembangkit baru tersebut tidak dilengkapi dengan teknologi penangkapan karbon, menjadikannya kontributor besar terhadap polusi.
Laporan DOE menyebutkan bahwa "sistem energi di pusat data AS, meskipun mengalami peningkatan, masih kurang transparan." Hal ini menunjukkan bahwa ada jalan panjang yang harus dilalui dalam hal membuat penggunaan energi di pusat data lebih efisien dan ramah lingkungan.
Inisiatif Perusahaan Besar dalam Mengatasi Kebutuhan Energi
Beberapa perusahaan teknologi besar sedang berupaya untuk mengurangi jejak karbon mereka. Contohnya, Meta berinvestasi besar-besaran di Louisiana, membangun pusat data senilai $10 miliar dan menetapkan tiga pembangkit listrik tenaga gas baru untuk mendukung operasionalnya. Meskipun begitu, Meta telah berkomitmen untuk mengimbangi penggunaan energinya dengan 100% energi bersih dan terbarukan.
Entergy, mitra energi Meta, menyebutkan bahwa mereka berupaya untuk menambah pembangkit listrik yang bersih dan efisien. "Kami bekerja sama dengan Meta untuk menghadirkan setidaknya 1,500 MW energi baru terbarukan ke jaringan listrik," ujar perwakilan Entergy.
Revolusi Nuklir di Masa Depan
Potensi energi nuklir untuk mendukung AI secara jangka panjang memang menjanjikan. Namun, saat ini, kecepatan dan biaya pembangunan reaktor nuklir masih menjadi kendala signifikan. Sementara itu, teknologi nuklir mutakhir masih dalam tahap pengembangan dan belum dapat diimplementasikan secara luas.
Kesimpulannya, meskipun ada impian bahwa semua pusat data dan sistem AI bisa dijalankan dengan energi terbarukan dan nuklir, tantangan dihadapi dalam jangka pendek. Hingga reaktor nuklir bisa beroperasi secara efektif, gas alam akan tetap menjadi pilihan utama meskipun dampak lingkungannya negatif. Formula dan kebijakan inovatif sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa revolusi AI tidak memperparah perubahan iklim.