Properti

Prospek Cerah Emiten Properti Indonesia di Tahun 2025: Rekomendasi dan Analisis Mendalam

Prospek Cerah Emiten Properti Indonesia di Tahun 2025: Rekomendasi dan Analisis Mendalam
Prospek Cerah Emiten Properti Indonesia di Tahun 2025: Rekomendasi dan Analisis Mendalam

JAKARTA - Dalam industri properti Tanah Air, tahun 2025 diproyeksikan menjadi tahun yang cukup menantang namun tetap memiliki potensi pertumbuhan meskipun dengan ruang yang terbatas. Sepanjang tahun 2024, IDX Properties & Real Estate mencatat kenaikan sebesar 5,97%, suatu pencapaian yang cukup positif. Namun demikian, sejak awal tahun 2025 hingga hari ini, indeks tersebut mencatat penurunan sebesar 1,19% year to date (YTD).

Rully Arya Wisnubroto, Head of Research & Chief Economist di Mirae Asset, mengungkapkan bahwa kenaikan kinerja saham dan keuangan emiten properti sebenarnya belum sepenuhnya maksimal sejak tahun lalu. Menurutnya, faktor yang menahan performa tersebut adalah suku bunga Bank Indonesia (BI) yang masih bertahan di angka tinggi, yaitu 6%. “Kenaikan indeks properti di tahun lalu sebenarnya karena kenaikan luar biasa saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI),” tukasnya.

Lebih jauh, dalam tahun 2025 ini, sentimen yang mempengaruhi emiten properti tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Kondisi rupiah yang lemah dan suku bunga yang tinggi masih menjadi tantangan. Rully memperkirakan penurunan suku bunga mungkin terjadi hanya dua kali dalam semester II tahun ini. Namun, pada saat yang sama, Mirae Sekuritas merekomendasikan beli untuk saham PANI dengan target harga Rp 21.500 per saham, memperlihatkan optimisme terhadap potensi pertumbuhan emiten tersebut. Proyek pembangunan yang signifikan serta IPO dari anak perusahaannya, PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), menjadi katalis yang dapat meningkatkan kinerja keuangan PANI.

Sukarno Alatas, Head of Equity Research di Kiwoom Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa kinerja emiten properti di tahun 2024 sangatlah bervariasi. “Penguatan indeks properti yang bertumbuh 5,97% sepanjang tahun lalu itu ditopang oleh saham PANI yang berhasil menguat 226% sepanjang tahun 2024,” katanya kepada Kontan. Selain itu, insentif PPN DTP atas properti yang diperpanjang hingga tahun ini memberikan sentimen positif meskipun disertai kenaikan PPN ke 12% untuk barang-barang tertentu.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Sentimen negatif masih membayangi, terutama dengan kondisi suku bunga yang bisa bertahan tinggi. Kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang berpotensi membuat The Fed bersikap hawkish dapat berdampak pada kebijakan BI. “Hal itu bisa membuat konsumen lebih menahan diri dalam belanja sektor properti,” ungkap Sukarno.

Menilik lebih jauh ke depannya, Sukarno mencatat bahwa aset pendapatan berulang atau recurring income mungkin tidak akan terlalu performatif pada tahun ini akibat volatilitas pasar yang tinggi. Persaingan bisnis di antara emiten properti pun diperkirakan tetap ketat, dengan PANI masih berpotensi untuk keluar sebagai jawara di tahun ini. Di sisi lain, saham-saham emiten besar seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), dengan harga yang telah terkoreksi, memiliki peluang besar untuk bangkit kembali.

“Namun jika sudah memiliki saham CTRA atau BSDE, lebih baik untuk hold dengan target harga masing-masing Rp 1.050 dan Rp 960 per saham,” tambahnya. Dengan peta industri yang kompetitif dan prospek pertumbuhan di 2025, pelaku pasar harus tetap waspada dan bijak dalam mengambil keputusan investasi di sektor properti Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index