Transportasi

Sistem Transportasi Amerika: Mengapa Tidak Boleh Terlalu Berpusat pada Mobil

Sistem Transportasi Amerika: Mengapa Tidak Boleh Terlalu Berpusat pada Mobil
Sistem Transportasi Amerika: Mengapa Tidak Boleh Terlalu Berpusat pada Mobil

Dalam lanskap transportasi Amerika, mobil telah menjadi pusat perdebatan baru tentang keberlanjutan dan inklusivitas. Munculnya isu ini bukan tanpa alasan. Menurut data dari Departemen Transportasi Amerika Serikat, sekitar sepertiga dari penduduk negara tersebut tidak memiliki surat izin mengemudi (SIM). Hal ini menunjukkan betapa mendesaknya pembenahan sistem transportasi yang lebih inklusif di Amerika.

Anna Zivarts, seorang advokat disabilitas yang menerbitkan buku berjudul "Saat Mengemudi Bukanlah Suatu Pilihan: Menjauhi Kecanduan Mobil" pada tahun 2024, berargumen bahwa ketergantungan Amerika pada infrastruktur berbasis mobil tidak hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga mengecewakan banyak warga yang bergantung pada moda transportasi alternatif. Zivarts, yang terlahir dengan kondisi neurologis yang mengakibatkan gangguan penglihatan, mengisahkan pengalaman pribadinya dalam menggunakan transportasi umum di Seattle. "Saya memulai penelitian ini dengan mencoba mempelajari lebih lanjut tentang orang-orang seperti saya yang tidak dapat mengemudi karena disabilitas," ujarnya.

Menurut Zivarts, ada beragam kelompok masyarakat yang termasuk sebagai non-pengemudi. Mereka terdiri dari individu dengan berbagai disabilitas seperti low vision, epilepsi, gangguan intelektual, hingga kondisi kesehatan kronis lainnya. Selain itu, ada banyak orang yang menganggap mengemudi adalah aktivitas yang menegangkan, entah karena kecemasan atau PTSD. "Banyak dari mereka yang bisa mengemudi hanya melakukannya ketika benar-benar terpaksa," tambah Zivarts.

Selain itu, ada juga orang-orang tua yang tidak lagi mampu mengemudi dengan aman karena alasan kesehatan. Contohnya, seseorang dengan penyakit jantung yang bisa saja pingsan saat mengemudi, atau seseorang yang tidak dapat mengemudi di malam hari. Zivarts menyebutkan, "Bagi banyak orang lanjut usia, inilah kenyataannya." Masyarakat dengan keterbatasan finansial juga sering masuk dalam kategori non-pengemudi. Biaya kepemilikan kendaraan, termasuk asuransi, sering kali menjadi penghalang besar. "Rumah tangga berkulit hitam memiliki kemungkinan yang jauh lebih kecil untuk memiliki akses terhadap kendaraan dibandingkan rumah tangga berkulit putih," ujarnya, menyoroti dimensi rasial dari permasalahan ini.

Kompleksitas ini semakin dalam ketika membahas masalah dokumentasi. Banyak penduduk tidak berdokumen yang enggan mendapatkan SIM karena takut terdeteksi. Hal ini menciptakan permasalahan hukum ketika mereka tetap mengemudi tanpa izin. Begitu pula dengan individu yang terperangkap dalam sistem peradilan, yang izinnya ditangguhkan karena berbagai pelanggaran. "Di banyak negara bagian, kita melihat penangguhan izin terjadi karena masalah kecil seperti penggunaan sabuk pengaman atau lampu belakang yang rusak," jelas Zivarts.

Ada juga generasi muda yang, karena biaya tinggi dan pilihan pribadi, memilih untuk tidak mendapatkan SIM. Tren ini terlihat terutama di kalangan Generasi Z, di mana hanya sekitar 25% remaja usia 16 tahun yang mendapatkan SIM, berbanding dengan 50% di era 1990-an. "Salah satu penyebabnya adalah pilihan, dan sebagian lagi adalah dampak ekonomi dari betapa mahalnya biaya untuk memiliki mobil," terang Zivarts lagi.

Sistem transportasi yang berpusat pada mobil juga mengisolasi kelompok usia di bawah 16 tahun yang sangat jarang diizinkan mandiri. Zivarts menyoroti norma budaya Amerika yang mengharapkan setiap anak memiliki pengasuh yang bisa mengantar mereka ke mana-mana, suatu kemewahan yang tidak semua keluarga miliki. Studi Dr. Kelsey Ralph di Rutgers menunjukkan bahwa anak-anak tanpa pengasuh cenderung mengalami kemunduran ekonomi dan pendidikan saat dewasa.

Banyak perencana transportasi menganggap bahwa semua orang bisa dan harus mengemudi. Namun, asumsi ini mengabaikan kebutuhan signifikan dari populasi non-pengemudi yang kerap kali terpaksa mengandalkan jaringan sosial atau layanan sosial untuk kebutuhan dasar transportasi mereka.

Jadi, bagaimana solusinya? Zivarts mengimbau perlunya peningkatan visibilitas dan kesadaran terhadap populasi non-pengemudi. "Kita perlu membantu non-pengemudi untuk memahami: 'Anda tidak sendirian'," katanya. Selain itu, komunitas bebas mobil harus dibayangkan sebagai solusi yang mungkin, dan langkah-langkah konkret diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan transportasi yang tidak hanya berlaku di kota besar tetapi juga di daerah pedesaan.

Reformasi transportasi Amerika harus mempertimbangkan berbagai aspek dari penggunaan lahan hingga keterjangkauan perumahan agar sistem ini dapat melayani semua orang, bukan hanya sekelompok yang beruntung memiliki akses mobil pribadi. Sebagai penutup, Zivarts menegaskan, "Apa yang dapat kita lakukan untuk memudahkan orang-orang mencapai tujuan mereka tanpa harus bergantung pada mobil?" Mencari jawaban atas pertanyaan ini mungkin akan menjadi kunci untuk menciptakan transportasi yang lebih berkelanjutan dan inklusif di Amerika.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index