JAKARTA- Pergerakan saham sektor energi, terutama PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), menjadi sorotan utama pekan ini. Saham emiten yang berfokus pada industri batu bara ini tiba-tiba melonjak signifikan sebanyak 10,06% dan mencapai harga Rp 8.475 pada penutupan perdagangan Jumat, 10 Januari 2025 lalu.
Lonjakan ini menarik perhatian banyak pihak, terutama karena terjadi setelah periode pelemahan pada awal Januari 2025. Volume perdagangan pun melonjak dengan 53,14 juta saham AADI ditransaksikan melalui 24.759 kali transaksi, dengan nilai transaksi mencapai Rp 434,96 miliar. MNC Sekuritas memberikan pandangan positif dengan merekomendasikan "buy on weakness" untuk perdagangan 13 Januari 2025.
Penguatan saham AADI ini diprediksi sangat berkaitan dengan peningkatan volume pembelian yang sukses menembus moving average 20 hari (MA20). "Selama harga masih mampu berada di atas Rp 8.025 sebagai batas stoploss-nya, maka posisi AADI saat ini diyakini sedang berada dalam bagian dari wave C dari wave (B)," ungkap pihak MNC Sekuritas.
Rekomendasi Strategis Saham AADI
Berikut adalah rekomendasi yang diberikan oleh MNC Sekuritas untuk saham AADI:
- Buy on Weakness: Rp 8.225 - Rp 8.400
- Target Price: Rp 8.800, Rp 9.300
- Stoploss: Di bawah Rp 8.025
Meski demikian, kepemilikan saham di antara publik hanya sebesar 24,819% per 31 Desember 2024. Sisanya dikuasai oleh PT Adaro Strategic Investment sebesar 41,096%, diikuti oleh Garibaldi Thohir 5,784%, PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) 15,372%, dan afiliasi lainnya 12,893%.
Berdasarkan riset Macquarie, kehadiran ADRO sebagai pemegang saham utama AADI diiringi dengan kabar positif bahwa ADRO mungkin masih kekurangan dana untuk membeli sisa saham AADI, sehingga publik mendapatkan kesempatan lebih untuk menggenggam saham AADI.
Prospek Pertumbuhan dan Valuasi
Menuju masa depan, AADI telah menyiapkan proyeksi pendapatan yang mengesankan yakni sebesar US$ 6,6 miliar pada 2026, meningkat 9,9% dari tahun sebelumnya. Proyeksi ini didorong oleh harga batu bara yang stabil, peningkatan kapasitas produksi, serta kontribusi dari PLTU Kaltara Power Indonesia (KPI). Estimasi pendapatan untuk 2025 juga tinggi, sebesar US$ 6 miliar dengan peningkatan 14,32% year-on-year (yoy).
EBITDA perusahaan diperkirakan akan mencapai US$ 1,8 miliar, naik 11% yoy, sedangkan laba bersih diproyeksikan sebesar US$ 1,2 miliar, meningkat 14,6% yoy. Dengan valuasi berbasis price-to-earnings (PE) multiple sebesar 5,53 kali, nilai wajar saham AADI diperkirakan sekitar Rp 14.175 per saham. Hal ini diperkuat oleh kemungkinan pertumbuhan pendapatan, struktur biaya yang kompetitif, likuiditas kuat, dan daya tahan operasional AADI.
Pandangan Analis
Laurencia Hiemas, analis dari KB Valbury Sekuritas, memberikan pandangan lebih lanjut terkait AADI. "Dengan margin yang terus membaik, dividen yang meningkat, dan ekspansi strategis yang dijalankan perusahaan, AADI menawarkan prospek pertumbuhan berkelanjutan dan nilai investasi yang menarik bagi para pemegang sahamnya," tuturnya.
KB Valbury Sekuritas kini memulai rekomendasi beli saham AADI, dengan target harga yang dipatok pada Rp 14.175 per saham. Rekomendasi ini didorong oleh berbagai potensi pertumbuhan dan pengelolaan strategis yang dilakukan oleh perusahaan.
Peran Investor
Tren ini menunjukkan bahwa emiten di sektor energi, terutama yang beroperasi dalam bidang batu bara seperti AADI, menawarkan peluang investasi yang signifikan bagi para investor yang tertarik untuk memanfaatkan keuntungan dari pasar yang dinamis ini. Dengan perencanaan operasional yang kuat dan strategi ekspansi yang jelas, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk siap melangkah maju dan terus berkembang dalam industri energi yang semakin kompetitif.
Melihat dinamika dan perkembangan ini, para investor diharapkan untuk mempertimbangkan rekomendasi dari berbagai sumber analis dan memantau tren pasar lebih lanjut sebelum melakukan keputusan investasi. Kombinasi antara harga yang menggiurkan dan potensi pertumbuhan menjadikan saham AADI sebagai pilihan menarik di sektor energi saat ini.