Bank

Prospek Pasar Modal Indonesia Menjelang 2025: BNI Sekuritas Prediksi Pertumbuhan Stabil di Tengah Tantangan Global

Prospek Pasar Modal Indonesia Menjelang 2025: BNI Sekuritas Prediksi Pertumbuhan Stabil di Tengah Tantangan Global
Prospek Pasar Modal Indonesia Menjelang 2025: BNI Sekuritas Prediksi Pertumbuhan Stabil di Tengah Tantangan Global

Jakarta – PT BNI Sekuritas, anak perusahaan dari PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), mengungkapkan proyeksi optimis terhadap pasar modal Indonesia pada tahun 2025. Berbicara mengenai pemulihan pasca-Covid-19, BNI Sekuritas memperkirakan Indonesia akan mengalami pertumbuhan yang stabil meski perekonomian global diperkirakan melambat dibandingan era pra-pandemi.

Dalam paparan yang disampaikan oleh SEVP Research BNI Sekuritas, Erwan Teguh, disebutkan bahwa kemungkinan resesi di Amerika Serikat saat ini masih relatif rendah. Namun, risiko peningkatan tetap ada, terutama dengan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden dan dominasi Partai Republik yang menciptakan situasi politik trifecta. "Jika kebijakan-kebijakan kontroversial oleh Trump dijalankan, hal ini bisa menambah risiko penurunan terhadap pertumbuhan global," ujar Erwan, Jumat, 10 Januari 2025.

Meskipun begitu, di tengah tingkat ketidakpastian global yang tinggi, ASEAN justru diprediksi akan menunjukkan performa lebih baik. Indonesia, dengan perekonomiannya yang didorong oleh konsumsi domestik serta ketahanan ekonomi yang telah teruji, dipandang sebagai kawasan yang relatif aman bahkan antara negara-negara ASEAN lainnya. Pemerintahan baru Indonesia yang didukung oleh koalisi terbesar dalam sejarah parlemen, juga diharapkan dapat mempercepat reformasi sambil menawarkan kebijakan yang jelas dan terarah.

Untuk tahun 2025, BNI Sekuritas melihat Indonesia akan mengalami pertumbuhan stabil yang didorong oleh kebijakan yang berfokus pada stabilitas ekonomi, peningkatan investasi, konsumsi domestik, dan program sosial. Meski demikian, Indonesia mungkin akan menghindari ekspansi fiskal yang besar-besaran. Tantangan utama bagi perekonomian Indonesia akan datang dari fluktuasi harga komoditas serta pertumbuhan yang melambat di China, mitra dagang terbesarnya.

Sektor konsumen di Indonesia, dilihat memiliki potensi pertumbuhan kuat apabila langkah-langkah stimulus fiskal dapat diterapkan secara lebih tegas. Hal ini akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Pada sisi lain, sektor nikel dinilai akan tetap menjadi andalan meskipun dihadapkan pada volatilitas harga komoditas serta pembahasan mengenai energi terbarukan yang dapat mempengaruhi permintaan. Kebijakan pemangkasan suku bunga global dan stimulus dari China dianggap sebagai dorongan positif.

Namun, beberapa risiko tetap membayangi. Ketegangan geopolitik, terutama di wilayah Asia-Pasifik, serta konflik di Ukraina dan Gaza, diperkirakan dapat menambah risiko terhadap lalu lintas perdagangan dan sentimen investor.

Di sisi valuasi, pasar Indonesia dinilai menarik berdasarkan rasio price-to-earnings (P/E) maupun price-to-book value (PBV) jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia. Beberapa sektor seperti telekomunikasi, konsumsi, dan keuangan masih berada di bawah rata-rata historis.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan akan didorong oleh sektor konsumsi, kesehatan, dan keuangan. Sementara itu, sektor komoditas mungkin tidak akan menjadi motor penggerak yang signifikan. PT BNI Sekuritas menargetkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada level 8.200 dengan potensi kenaikan mencapai 24%, berada dalam rentang bawah sekitar 7.200 hingga atas di 8.950 untuk skenario kasar dan optimis.

"Dengan proyeksi pertumbuhan yang stabil dan peluang investasi yang menarik di sektor-sektor tersebut, Indonesia menunjukkan potensi yang solid dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang ada," jelas Erwan Teguh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index