Jakarta - Sebuah momen istimewa terjadi di Universitat Pompeu Fabra ketika Shafa Callista Raihana Arif, salah satu penerima beasiswa IISMA 2024 dari Universitas BSI (Bina Sarana Informatika), menyerahkan cindera mata berupa wayang kepada pihak universitas. Cindera mata ini tidak hanya menjadi simbol penghargaan antara kedua institusi, namun juga sebagai ungkapan terima kasih atas kesempatan belajar selama satu semester yang diberikan kepada mahasiswa Indonesia, termasuk Shafa.
Wayang, yang diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, merupakan representasi kebanggaan dan kekayaan budaya Indonesia. Dengan menyerahkan wayang, Universitas BSI melalui Shafa berharap memperkuat hubungan kerja sama internasional serta mempromosikan nilai-nilai tradisional Indonesia di panggung global, Jumat, 10 Januari 2025.
Dan Estrada, dari Admissions & Student Support Universitat Pompeu Fabra, dan Anna Sala Branchadell, Kepala Program Internasional di universitas tersebut, dengan penuh suka cita menerima cindera mata tersebut. "Thank you, BSI University, for the souvenir. We’re impressed with Wayang Souvenir from BSI University," ujar Estrada, mengekspresikan apresiasi mendalam atas simbol kebudayaan itu.
Reaksi positif juga datang dari Anna Sala Branchadell. "Kami selalu senang menerima mahasiswa IISMA dari Indonesia. Antusiasme mereka sangat menginspirasi, dan kami juga terkesan dengan acara budaya Indonesia serta konten media sosial mereka yang kreatif," ungkap Anna, menyampaikan betapa mahasiswa Indonesia memberikan dampak positif dan memperkaya lingkungan belajar di Universitat Pompeu Fabra.
Shafa Callista, atau yang akrab disapa Calli, mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus kepada Universitat Pompeu Fabra, Tim IISMA Pusat, dan Universitas BSI atas pengalaman berharga yang ia dapatkan. Ia merasa beruntung dapat merasakan pendidikan di luar negeri sekaligus memperkenalkan budaya Indonesia melalui program IISMA.
Program IISMA (Indonesian International Student Mobility Awards) sendiri merupakan inisiatif dari pemerintah Indonesia yang didesain untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa Indonesia untuk mendapatkan pengalaman akademis dan budaya di universitas-universitas terkemuka di seluruh dunia. Tahun ini, Universitas BSI bangga karena salah satu mahasiswanya, Shafa Callista Raihana Arif, berhasil menjadi awardee program ini.
Pengalaman belajar di Universitat Pompeu Fabra telah memberikan Shafa bukan hanya ilmu akademis yang berharga, namun juga kesempatan belajar interaksi dan budaya yang divers. "Pengalaman ini sangat membuka mata saya tentang dunia yang lebih luas, dan betapa pentingnya memahami serta menghargai perbedaan budaya," ungkap Shafa, menambahkan bahwa interaksi dengan mahasiswa dari berbagai negara mengasah keterampilan sosialnya dan meningkatkan rasa percaya diri.
Universitat Pompeu Fabra, sebagai tuan rumah, memperlihatkan dedikasi mereka dalam menyambut mahasiswa internasional dengan menyediakan fasilitas dan program yang mendukung adaptasi dan pengembangan diri. Hal ini sejalan dengan misi mereka untuk menciptakan lingkungan akademis yang inklusif dan beragam.
Kedatangan Shafa dan mahasiswa lainnya dari Indonesia di Universitat Pompeu Fabra turut memperkaya suasana pendidikan di sana. Acara budaya yang mereka selenggarakan juga menjadi ajang bagi mahasiswa internasional lain untuk mengenal lebih dalam budaya Indonesia, menciptakan jembatan persahabatan antar bangsa.
Seiring dengan berakhirnya program ini dan kembalinya Shafa Callista ke tanah air pada Desember mendatang, hubungan baik antara Universitas BSI dan Universitat Pompeu Fabra diharapkan dapat terus terjalin eral melalui kolaborasi di masa depan. Dengan adanya pertukaran budaya ini, kedua belah pihak dapat saling belajar dan berkontribusi pada perkembangan pendidikan dan kebudayaan global.
Melalui kisah Shafa, kita diajak untuk melihat bahwa pendidikan tidak hanya sekadar mencari ilmu, tetapi juga memahami dan menghargai kebudayaan berbeda. Upaya kecil seperti pemberian cindera mata wayang ini bisa menjadi langkah besar dalam memperkenalkan dan menjaga kekayaan budaya bangsa di kancah global.