Investasi

Indonesia Kesulitan Bersaing dalam Menarik Investasi Asing Besar di Asia Tenggara

Indonesia Kesulitan Bersaing dalam Menarik Investasi Asing Besar di Asia Tenggara
Indonesia Kesulitan Bersaing dalam Menarik Investasi Asing Besar di Asia Tenggara

Jakarta - Indonesia kembali tergelincir dalam persaingan keras menarik investasi asing besar di kawasan Asia Tenggara. Di tengah pertumbuhan pesat ekonomi kawasan ini, Indonesia kerap tertinggal dari sejumlah negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia. Kasus terbaru yang menjadi sorotan adalah kegagalan Indonesia memenangkan investasi miliaran dolar dari Apple, perusahaan teknologi raksasa Amerika Serikat.

Sejak 2019, Apple memilih Vietnam sebagai basis investasi mereka, dengan total komitmen mencapai US$15,8 miliar atau sekitar Rp255,9 triliun. Langkah ini meninggalkan Indonesia yang hanya mendapatkan janji sebuah akademi teknologi dari Apple dengan nilai investasi US$100 juta. Namun, hingga kini, dari janji tersebut, Apple masih memiliki utang senilai US$10 juta atau sekitar Rp160 miliar. Situasi ini mencerminkan kesenjangan besar dalam daya tarik investasi Indonesia dibandingkan negara-negara pesaingnya di kawasan, Jumat, 10 Januari 2025.

Investasi Apple di Vietnam merupakan bagian dari strategi perusahaan teknologi besar untuk memanfaatkan iklim investasi yang lebih menarik di negara tersebut. Di sisi lain, Indonesia menghadapi tantangan serupa dari negara tetangga lainnya, seperti Malaysia. Malaysia telah berhasil menarik masuk investasi jumbo dari beberapa perusahaan teknologi. Alphabet, perusahaan induk Google, menggelontorkan Rp32 triliun, sementara Amazon berkomitmen investasi Rp96 triliun. Langkah ini diikuti oleh Microsoft dengan nilai Rp35,4 triliun dan Nvidia dengan Rp66,5 triliun.

Meskipun Indonesia sempat muncul dalam radar para raksasa teknologi dunia, nyatanya minat investasi besar tersebut kerap kali hanya berakhir sebagai komitmen belum terwujud. Apple telah menyatakan komitmen investasi senilai Rp16 triliun, namun hingga saat ini masih menunggu realisasi. Amazon juga dilaporkan tertarik menanamkan investasi Rp77 triliun di Indonesia, sedangkan Microsoft dan Nvidia masing-masing berencana berinvestasi Rp27,6 triliun dan Rp3 triliun. Namun, sekali lagi, semua itu masih dalam tahap wacana.

Penasihat Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Bambang Brodjonegoro, mengakui tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menarik investasi asing. Dia menyoroti beberapa faktor penghalang yang memperlambat masuknya modal internasional ke Tanah Air. "Indonesia masih dianggap high-cost economy dari segi perizinan licensing dan administrasi," kata Bambang dalam acara MINDialogue Hilirisasi dan Industrialisasi Strategi Kunci Menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Kamis, 9 Januari 2025.

Dari pandangan Bambang, birokrasi dan biaya tinggi yang terkait dengan perizinan investasi menjadi hambatan utama bagi investor asing. Proses perizinan yang rumit dan panjang sering kali membuat investor berpikir dua kali sebelum memasukkan modal mereka ke Indonesia. Hal ini berbeda jauh dengan negara-negara tetangga yang menawarkan proses lebih cepat dan efisien.

Tidak dapat dipungkiri, daya tarik investasi Indonesia masih kalah saing dari segi kemudahan berbisnis dan infrastruktur pendukung. Padahal, Indonesia memiliki potensi ekonomi besar dengan pasar yang terus berkembang. Pasar domestik yang luas dan populasi muda yang beragam seharusnya menjadi nilai tambah, tetapi tanpa perbaikan fundamental, aspek-aspek ini tidak cukup untuk menarik minat investor besar.

Sebagai bagian dari upaya mengatasi ketercelaan ini, pemerintah Indonesia telah berusaha menerapkan reformasi birokrasi dan memberikan berbagai insentif kepada investor asing. Namun, efektivitasnya masih perlu diuji lebih lanjut. Keberhasilan Vietnam dan Malaysia dalam menarik masuk investasi asing harus menjadi pelajaran bagi Indonesia untuk segera memperbaiki kendala struktural yang ada.

Pada akhirnya, Indonesia harus dapat membuktikan bahwa negara ini dapat menjadi destinasi investasi potensial yang setara dengan negara-negara tetangga di kawasan. Menghadapi persaingan global, menjadi imperative bagi Indonesia untuk menciptakan iklim investasi yang lebih ramah dan efisien. Hanya dengan begitu, Indonesia dapat berharap untuk menarik investasi jumbo yang akan memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing di pentas internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index