Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia mencatatkan kinerja positif dengan kenaikan tipis sebesar 0,02% pada akhir pekan lalu, meski masih diwarnai oleh aksi jual bersih (net sell) dari investor asing senilai Rp479 miliar. Saham-saham seperti BBNI, BBRI, BMRI, BBCA, dan TPIA menjadi target utama penjualan oleh investor asing.
Menurut prediksi dari PT BNI Sekuritas, IHSG pada perdagangan hari ini akan mencoba untuk memecahkan level resistensi di 7.200 poin. Hal ini seiring dengan penguatan yang terjadi di bursa Amerika Serikat pada pekan sebelumnya. "Akan tetapi, jika gagal break resist kuat di 7.200 poin, IHSG akan cenderung tes support dulu di 7.100 poin," kata Fanny Suherman, Head of Retail Research BNI Sekuritas di Jakarta, Senin, 6 Januari 2025.
Fanny menjelaskan bahwa level support IHSG saat ini berada pada rentang 7.040 hingga 7.100 poin dengan resistance di 7.200 hingga 7.250 poin. Sementara itu, indeks-indeks utama Wall Street menunjukkan kenaikan pada akhir pekan lalu dengan sektor teknologi sebagai motor utama penguatan.
Di bursa AS, Indeks S&P 500 naik sebesar 1,26% ke level 5.942,47; Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,8% menjadi 42.732,13; dan Nasdaq Composite meningkat 1,77% ke 19.621,68. Saham produsen chip Nvidia melonjak 4,7%, sementara Super Micro Computer, pembuat server, menyaksikan harga sahamnya melesat 10,9%. Kedua perusahaan ini diuntungkan oleh investasi berkelanjutan dalam teknologi kecerdasan buatan (AI).
Tak hanya itu, Microsoft turut memberikan dorongan positif dengan mengumumkan rencana investasi sebesar US$80 miliar untuk pusat data berteknologi AI pada tahun fiskal 2025. Saham perusahaan energi seperti Constellation Energy dan Vistra juga mengalami kenaikan masing-masing 4% dan 8,5%, didorong oleh meningkatnya kebutuhan energi untuk pusat data tersebut.
Namun, tidak semua perusahaan merasakan angin segar. Saham US Steel merosot 6,5% menyusul pernyataan Presiden Joe Biden yang akan memblokir akuisisi oleh Nippon Steel. Sementara itu, saham perusahaan minuman keras Molson Coors tertekan hingga 3,4% akibat peringatan dari Surgeon General AS terkait risiko kanker akibat konsumsi alkohol.
Di kawasan Asia Pasifik, bursa saham menunjukkan perdagangan yang bervariasi pada akhir pekan lalu. Bank Sentral China (PBOC) dilaporkan akan memangkas suku bunga saat waktu yang dianggap tepat pada 2025 mendatang. Kementerian Perdagangan China juga berencana membatasi ekspor teknologi tertentu yang digunakan untuk pembuatan komponen baterai dan pemrosesan mineral penting seperti litium dan galium.
Situasi geopolitik di Korea Selatan turut menjadi perhatian, dengan pengawas korupsi setempat berusaha menerapkan surat perintah penangkapan terhadap Presiden Yoon Suk Yeol yang telah dimakzulkan. Di bursa Asia, indeks Kospi Korea Selatan naik 1,79%, ASX 200 Australia naik 0,60%, Taiex Taiwan menguat 0,33%, dan Hang Seng Hong Kong naik 0,70%. Namun, Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing turun sebesar 1,57% dan 1,18%. Sementara itu, bursa saham Jepang tidak beroperasi pada hari tersebut.
Dalam lanskap perdagangan saham, rekomendasi untuk hari ini meliputi saham PSAB, BBRI, ANTM, PTRO, AADI, dan PANI. Untuk saham PSAB, disarankan melakukan spec buy di area beli Rp246, dengan cutloss jika turun di bawah Rp240. Jika berhasil bertahan, potensi naik menuju Rp250-258 dalam jangka pendek.
BBRI direkomendasikan spec buy di area Rp4.150 dengan cutloss di bawah Rp4.120. Potensi kenaikan jika bertahan adalah ke Rp4.180-4.220 dalam jangka pendek. ANTM direkomendasikan untuk spec buy di Rp1.520 dengan cutloss di bawah Rp1.505, dengan target kenaikan ke Rp1.540-1.560.
Untuk saham PTRO, area beli di Rp2.820 dengan cutloss di bawah Rp2.770. Jika harga bertahan, potensi naik ke Rp2.920-2.970. Saham AADI direkomendasikan untuk dibeli di Rp7.800 dengan cutloss di bawah Rp7.700, dan target naik ke Rp7.950-8.050. Sedangkan PANI disarankan dibeli di area Rp17.000 dengan cutloss di bawah Rp16.700, dan potensi naik ke Rp17.300-17.600 dalam jangka pendek.
Dengan berbagai dinamika pasar yang terjadi, investor diharapkan untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan global yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dan saham-saham di tanah air.