Perbankan

Proyeksi Penurunan Kredit Baru di Kuartal I 2025, Bank Indonesia Ungkap Prioritas Sektor

Proyeksi Penurunan Kredit Baru di Kuartal I 2025, Bank Indonesia Ungkap Prioritas Sektor
Proyeksi Penurunan Kredit Baru di Kuartal I 2025, Bank Indonesia Ungkap Prioritas Sektor

Jakarta - Bank Indonesia (BI) melalui survei perbankan terbaru mengungkapkan proyeksi penyaluran kredit baru untuk kuartal pertama tahun 2025 dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 82,3 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai SBT 97,9 persen. Meskipun terjadi penurunan, prioritas penyaluran kredit masih tetap fokus pada kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi.

Dalam laporan yang dirilis pada hari Senin, BI memaparkan bahwa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) tetap menjadi prioritas utama dalam kategori kredit konsumsi. "Penyaluran KPR/KPA tetap menjadi prioritas utama diikuti oleh Kredit Multiguna dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)," demikian kutipan dari laporan tersebut, Senin, 20 Januari 2025.

Sektor-Sektor Unggulan dalam Penyaluran Kredit

Berdasarkan sektor, penyaluran kredit pada triwulan I 2025 diprioritaskan untuk Sektor Perdagangan Besar dan Eceran. Sektor ini diikuti oleh Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perantara Keuangan. Prioritas ini menegaskan konsistensi perbankan dalam mendukung sektor-sektor strategis yang berdampak langsung pada perekonomian nasional.

Meski menunjukkan komitmen yang jelas, kebijakan penyaluran kredit pada kuartal ini diperkirakan akan sama ketatnya dengan kuartal sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Lending Standard (ILS) yang bernilai positif pada angka 0,2. Peningkatan ketatnya kebijakan penyaluran kredit terutama dirasakan pada jenis kredit investasi, sementara jenis kredit lainnya diperkirakan tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan kuartal sebelumnya.

Kebijakan Kredit yang Lebih Ketat

Beberapa faktor kebijakan diperketat, di antaranya adalah plafon kredit, suku bunga kredit, dan premi kredit berisiko. Kebijakan ini diambil untuk mengendalikan risiko dan memastikan penyaluran kredit dilakukan secara lebih selektif. Para responden dari survei tersebut memproyeksikan bahwa outstanding kredit hingga akhir tahun 2025 akan tumbuh sebesar 10,34 persen year-on-year (yoy), sejalan dengan laju pertumbuhan kredit pada tahun 2024 yang mencapai 10,39 persen (yoy).

Perlambatan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK)

Selain proyeksi kredit, survei BI juga menunjukkan adanya perlambatan dalam penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal I 2025. Pertumbuhan DPK tercatat sebesar SBT 68,8 persen, menurun dari 89,3 persen pada kuartal sebelumnya. Perlambatan ini merata pada seluruh jenis instrumen, termasuk tabungan dengan SBT 63,8 persen, giro dengan SBT 73,2 persen, dan deposito dengan SBT 80,1 persen.

Meskipun terdapat perlambatan pada awal tahun, pertumbuhan DPK hingga akhir tahun 2025 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan tahun 2024. Proyeksi ini terlihat dari prakiraan penghimpunan DPK tahun 2025 yang meningkat signifikan dengan SBT 99,6 persen, naik dari SBT 89,3 persen pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan optimisme perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil pada tahun 2025.

Pandangan Narasumber

Seorang analis perbankan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, "Penurunan SBT pada kuartal pertama tahun ini mencerminkan kewaspadaan perbankan terhadap kondisi pasar yang dinamis. Namun, proyeksi pertumbuhan yang stabil hingga akhir tahun menunjukkan optimisme bahwa sektor perbankan masih bisa beradaptasi dan mendukung perekonomian."

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index