Transportasi

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Terganjal, Transportasi dan Pergudangan Jadi Sektor Andalan

Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Terganjal, Transportasi dan Pergudangan Jadi Sektor Andalan
Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Terganjal, Transportasi dan Pergudangan Jadi Sektor Andalan

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur mengalami sedikit perlambatan di tahun 2024 dengan laju pertumbuhan sebesar 4,93 persen, berbeda tipis dari tahun sebelumnya yang mencapai 5 persen. Meskipun demikian, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Zulkipli, optimis bahwa ekonomi regional tetap kokoh berkat kontribusi vital dari berbagai sektor kunci.

Menurut data yang dirilis oleh BPS Jawa Timur pekan lalu, sektor Transportasi dan Pergudangan menjadi motor utama penggerak ekonomi daerah dengan peningkatan signifikan sebesar 9,50 persen. "Dari sisi produksi, sektor Transportasi dan Pergudangan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Jawa Timur," kata Zulkipli pada Senin, 10 Februari 2025.

Sektor ini terbukti memiliki peran penting dalam menstabilkan perekonomian Jawa Timur, di tengah tantangan yang dihadapi pada tahun 2024. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) mencatat pertumbuhan tertinggi dengan angka mencapai 12,49 persen.

Secara tahunan (year-on-year), ekonomi Jawa Timur mencatat kenaikan sebesar 5,03 persen pada triwulan IV tahun 2024. Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib tampil sebagai sektor dengan pertumbuhan tertinggi sebesar 11,39 persen. PK-LNPRT turut menjadi andalan dengan peningkatan 9,53 persen pada sisi pengeluaran.

Namun, tidak seluruh sektor mengalami pertumbuhan positif. Ketika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quarter-to-quarter), terjadi penurunan sebesar 0,77 persen pada triwulan III tahun 2024. "Penurunan ini disebabkan oleh faktor musiman, terutama pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami penurunan signifikan sebesar 26,24 persen," jelas Zulkipli.

Selain sektor pertanian, sektor Jasa Keuangan (-2,35 persen), Pengadaan Listrik dan Gas (-2,32 persen), serta Jasa Pendidikan (-0,23 persen) juga mengalami kontraksi yang cukup mencolok. Zulkipli menegaskan bahwa meski sektor pertanian terdampak oleh faktor musiman, sektor jasa lainnya masih memperlihatkan pertumbuhan positif.

Industri Pengolahan juga tetap menjadi kontributor terbesar terhadap struktur ekonomi Jawa Timur, menyumbang 31,29 persen dari total ekonomi. "Dari sisi pengeluaran, Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 60,96 persen," tambah Zulkipli.

Menurut Zulkipli, meskipun terjadi perlambatan, sektor transportasi dan pemerintahan tetap menjadi pilar utama dalam menjaga stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi Jawa Timur. Sebagai langkah ke depan, Zulkipli optimis sektor industri pengolahan akan terus menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi.

Namun, tantangan signifikan berupa perlambatan di sektor pertanian dan jasa keuangan harus ditangani dengan serius. "Dalam konteks nasional, Jawa Timur menempati posisi kedua sebagai penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pulau Jawa setelah DKI Jakarta," ungkap Zulkipli dengan penuh keyakinan.

Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 25,23 persen terhadap PDRB Pulau Jawa. Diikuti oleh provinsi lain seperti Jawa Barat (22,49 persen), Jawa Tengah (14,48 persen), Banten (6,96 persen), dan DI Yogyakarta (1,54 persen). Sementara itu, DKI Jakarta masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 29,30 persen.

Secara keseluruhan, meskipun mengalami tantangan, struktur ekonomi Jawa Timur tetap solid dengan kontribusi kuat dari beberapa sektor kunci, memastikan peran pentingnya dalam stabilitas ekonomi nasional. Tantangan yang ada diharapkan dapat menjadi motivasi bagi pemerintah dan pelaku bisnis untuk terus berinovasi dan mengembangkan potensi ekonomi daerah ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index